Daniel 11 : 32
Dan orang-orang yang berlaku fasik terhadap Perjanjian akan dibujuknya sampai murtad dengan kata-kata licin; tetapi umat yang mengenal Allahnya akan tetap kuat dan akan bertindak
Pada ayat ini terdapat sebuah upaya dari pihak tertentu untuk membujuk, dan tujuan bujuk rayu ini membuat korban sampai murtad. Daniel 11 merupakan rangkaian penglihatan dari Nabi Daniel tentang munculnya dua kekuatan kerajaan, yaitu raja negeri Utara dan raja negeri Selatan. Dua kekuatan ini berperang dan akhirnya dimenangkan oleh raja negeri Utara. Raja negeri Utara berbicara kerajaan Romawi dan raja negeri selatan adalah kerajaan Mesir. Kerajaan Romawi berbicara kekuatan antikris. Antikristus adalah orang-orang yang tahu tentang Kristus namun kemudian murtad dan menjadi yang terdepan dalam melawan Kristus. Sedangkan kerajaan Mesir berbicara tentang keduniawian.
Raja negeri utara yang memenangkan perang akan membujuk orang fasik dengan kata-kata licin supaya murtad, namun umat yang mengenal Allah tidak akan menjadi korban. Berbicara bujuk rayu dengan kata-kata licin, kita bisa melihat bagaimana ular membujuk hawa sehingga jatuh dalam dosa. Kejadian 3 : 4 – 5. Iblis merayu hawa dengan berkata bahwa sekali-kali mereka tidak akan mati, tapi justru akan menjadi sama dengan Allah.
Hari-hari ini, bujuk rayu dengan kata-kata licin semakin banyak dan pengajaran sesat mulai merajalela mengancam kerukunan antar umat. Tetapi, Alkitab jelas berkata bahwa yang akan terpengaruh dengan rayuan tersebut adalah mereka yang masuk dalam golongan orang fasik. Sebab itu jangan sampai kita menjadi orang fasik, karena orang yang ada dalam posisi ini akan gampang terpengaruh dan kemudian mundur dari kekristenan, bahkan menjadi murtad. Menjadi orang fasik, bukan keberuntungan yang akan kita terima, tetapi kerugian. Tidak ada hal yang menguntungkan menjadi orang fasik.
Beberapa keadaan yang akan dialami orang fasik: Pertama, Ayub 27 : 13 – 19. Orang fasik tidak akan menerima keuntungan dan berkat, keturunan mereka tidak memiliki masa depan. Mereka bisa mengumpulkan uang/kekayaan, tetapi yang akan menggunakannya adalah orang benar. Kedua, Yesaya 57 : 20 – 21. Orang fasik seperti laut yang berombak, mereka tidak akan memiliki ketenangan. Mereka tidak akan memiliki arah hidup, karena diombang-ambingkan oleh gelombang kehidupan sehingga tidak akan pernah sampai pada tujuan.
Siapa yang disebut orang fasik? Mazmur 50 : 16 – 20. Orang fasik adalah suka membaca Firman Tuhan, bahkan mereka ikut menyelidiki Firman. Mereka memakai Firman Tuhan untuk mengoreksi orang lain, tetapi mereka sendiri menolak untuk dikoreksi oleh Firman. mereka hanya tahu membaca dan menyelidiki Firman, tetapi mereka mengesampingkan dan tidak perduli dengan Firman itu sendiri. Orang fasik meneliti Firman dengan hanya menggunakan akal, tidak disertai doa apalagi karya Roh Kudus. Mereka tahu teori Firman, tetapi tidak mau melakukannya, akibatnya mereka sangat mudah mundur dari kekristenan ketika mendapat bujukan dengan kata-kata licin. Sebab itu relakan hati kita untuk ditegur oleh kebenaran Firman.
Rasul Paulus berkata dalam Roma 1 : 16, Firman adalah kekuatan Allah. Jadi, kekuatan Allah ada dalam Firman Tuhan, dimana hanya dengan Firman seluruh dunia diciptakan. Ketika Firman itu datang membebat hati kita, menjadi jawaban atas persoalan yang sedang kita hadapi, maka kita akan bereaksi dengan berkata bahwa Firman itu baik. Sebaliknya kita akan berekasi yang tidak baik jika Firman itu datang dalam bentuk teguran kepada kita. Ini adalah contoh praktis dari sikap orang fasik. Sebab itu jadilah pribadi yang benar-benar mengenal siapa Allah kita.
Kata “mengenal” dalam bahasa Ibrani menggunakan kata “Yada” memiliki pengertian kenal, tahu, dan hubungan intim antara suami-istri. Jadi, kalau kita mengenal Allah sebagaimana suami mengenal istri, maka kita akan tetap kuat dan terus bertindak. Tetapi jika pengenalan kita terhadap Allah tidak seperti sepasang suami istri, kita akan terseret dengan bujuk rayu dunia. Untuk itu dalam membangun hubungan yang intim dengan Allah harus disertai dengan motivasi yang benar. Yohanes 6, menceritakan bagaimana orang banyak mencari, mengikuti Yesus bahkan ingin dekat dan kenal dengan Yesus tetapi dengan motivasi yang salah. Jika motivasi kita salah utnuk mengenal Yesus, maka kita perlu membaharui motivasi kita itu. Kita ingin kenal Yesus karena kita memang ingin memiliki hubungan yang intim dengan Dia daan bukan karena motivasi lain.
Paulus berkata dalam suratannya bahwa yang Paulus kehendaki ialah mengenal Yesus melalui kematian dan kebangkitanNya agar dapat bermegah dalam penderitaanNya. Antara iman dan penderitaan itu satu paket. Yang mengalahkan dunia adalah iman, tetapi bukan berarti hasil akhir dari iman itu hanya untuk kesembuhan, jabatan atau kedudukan, karena jika hanya untuk urusan ini maka Paulus berkata bahwa kita adalah orang yang paling malang. Hasil akhir dari iman adalah keselamatan kita, dan hal inilah yang membedakan kita dengan orang lain.
Jadi untuk mengenal Yesus kita harus memiliki hubungan yang intim seperti suami dan istri. Suami istri setiap hari pasti berjumpa. Jika hal ini kita aplikasikan dalam hubungan kita dengan Tuhan, maka pertanyaannya adalah sudahkah kita memiliki jadwal pertemuan dengan Tuhan sebagaimana antara suami istri. Semakin sering bertemu, maka kita akan semakin mengenal Tuhan, sehingga ketika ada bujuk rayu yang datang, kita tidak akan terpengaruh. Jika kita memiliki hubungan yang intim dengan Tuhan, apa yang ada pada Yesus akan tertransfer kepada kita, sehingga kita dapat menjadi garam dan terang dunia.
Jika kita mengenal Allah dan memiliki jadwal pertemuan yang baik dengan Tuhan, kita akan tetap kuat dan bertindak. Elia adalah contoh orang yang menjadi lemah dan tidak bertindak. Ketika ia berhadapan dengan 850 nabi baal dan asyera, Elia berhasil mengalahkan mereka semua. Tetapi setelah itu Elia lari, bahkan dia berkata ingin mati saja ketika datang ancaman dari seorang perempuan yang bernama Izebel. Pada saat tertentu Elia dapat menjadi orang yang kuat sehingga dapat bertindak dan akhirnya menjadi pemenang. Tetapi disaat yang lain, ia menjadi lemah dan takut sehingga tidak dapat bertindak ketika dia mendengar kata-kata ancaman walaupun dari seorang wanita. Banyak orang terpengaruh ketika mendapat kata-kata fitnah, mereka menjadi lemah dan karena tidak mau bertindak akhirnya tidak mau lagi beribadah.
Hubungan intim suami istri di dasari oleh kasih. Begitu pula kalau kita mengasihi Tuhan, maka kita akan bersungguh-sungguh ketika datang beribadah. Ibadah bukan menjadi sebuah beban, tetapi menjadi sebuah kesukaan .
Lukas 5 : 4 – 6. Dalam kegagalan, datang perintah dari Yesus adar Simon Petrus menebarkan jala. Kegagalan itu seharusnya mempengaruhi Simon Petrus, namun dia berkata karena Yesus yang menyuruh maka dia menebarkan jala dan akhirnya memperoleh ikan dalam jumlah yang banyak. Iman dalam diri Simon timbul dari pendengarannya akan khotbah Yesus. Iman timbul dari mendengarkan Firman (Roma 10 : 17) dan Firman akan membawa kita semakin mengenal Yesus. A M I N…