Lukas 1:5-25
Beriman adalah proses panjang yang menembus batasan waktu. Tak terkecuali kisah seorang imam Zakharia dan Elizabeth. Kalau kita membaca satu demi satu injil Lukas 1:5-25 maka kita akan menemukan sebuah prolok yang cukup panjang dan itu menjelaskan kepada kita tentang apa yang sebenarnya Tuhan ingin ajarkan kepada kita, yaitu tentang bagaimana orang tetap beriman kepada Tuhan di tengah-tengah pergumulan hidupnya.
Peristiwa tentang keimaman itu mulai di perkenalkan Tuhan dalam kitab keluaran, khususnya setelah Musa membangun tabernakelnya. Tuhan memberi aturan mengenai imam besar, para imam dan orang Lewi. Ada hal yang sangat istimewa dari imam besar itu, dia melayani Tuhan di ruang maha suci satu tahun sekali. Tidak semua orang bisa mendapat jabatan itu, jabatan itu hanya di berikan kepada Harun dan keturunannya. Sebegitu spesifiknya jabatan ini sehingga tidak semua keturunan Harun mendapatkan Privilege (Hak istimewa) untuk masuk ke situ karena nanti itu masih harus di atur kriteria-kriterianya baik yang bersifat fisik, performens maupun yang bersifat spiritual. Semua di atur oleh Tuhan sehingga kalau orang sampai mendapatkan jabatan itu maka setidaknya dia sudah melewati proses fisik yang berarti nyaris tidak ketemu cacatnya. Performens adalah bagaimana dia bisa bekerja dalam rentangan waktu. Tetapi yang terpenting ialah kualifikasi spiritualnya. Jika ada seorang imam yang tidak berlayak di hadapan Tuhan lalu mengambil tugas itu maka dia akan mati seketika. Itu sebabnya para imam besar yang akan masuk ke ruang maha suci itu di beri tali, jika terjadi sesuatu maka mayat imam itu akan di tarik sebegitu rupa keluar dari ruangan itu sebab tidak sembarang orang bisa masuk kesitu. Perjalanan waktu membuat proses keimaman ini makin di sempurnakan tetapi tidak menghilangkan esensinya.
Ketika orang Israel masuk ke tanah Kanaan, sistem itu masih di berlakukan. Tetapi orang Israel mulai mengadopsi budaya-budaya atau kultur yang ada di kanaan, maka proses keimaman itu mulai bergeser hingga orang israel itu memiliki sistem kerajaan. Daud menyempurnakan sistem itu dengan membagi, menambah dan memberikan hak yang lebih rata terhadap semua bagian. Tetapi sistem itu juga hancur ketika orang Israel masuk ke pembuangan. Dan ketika orang Israel kembali dari pembuangan imam Ezra mulai menata kembali sistem itu sampai kepada waktu menjelang kedatangan Tuhan. Jika kita membaca kisah ini, maka ini adalah sebuah yang rentetannya cukup panjang.
Pertama; Beriman bukan berarti tidak mengalami pergumulan hidup. Tetapi sebaliknya, beriman itu justru harus mengalami pergumulan hidup. Banyak orang mau hidupnya luar biasa tetapi cara mereka hanya biasa-biasa. (Ayat 5-6) imam Zakharia adalah imam yang nyaris tanpa cacat karena bukan saja memenuhi kualifikasi jabatan imam tetapi secara Rohani kehidupannya juga baik. Yang menjadi pertanyaan, apakah orang seperti ini tidak mengalami pergumulan dalam hidupnya? Bagi seorang imam besar keturunan Harun, anak adalah sesuatu yang sangat di idamkan. Karena anak inilah yang punya Privilege (Hak istimewa) untuk melanjutkan tugas keimaman. Sebab Tuhan tidak memberikan jabatan keimaman ini kepada orang lain kecuali Harun dan keturunannya. Jadi jika seorang imam besar sampai tidak mempunyai anak, maka bisa di pastikan generasinya akan berhenti sampai di situ.
Problem yang di alami imam Zakharia bukan hanya karena tidak mempunyai anak tetapi ada hal-hal lain yang di luar kemampuannya. Elizabeth adalah seorang wanita yang memenuhi syarat untuk menjadi istri imam besar namun dia mandul sehingga tidak mempunyai keturunan dan merekapun tidak tahu tentang hal itu. Tetapi mereka masih tetap berharap Tuhan akan melakukan sesuatu karena mereka punya pengalaman, bapa orang beriman adalah bapa yang mendapatkan anak di usia lanjut. Dengan iman seperti itulah Zakharia dan Elizabeth bertahan dalam pergumulan. Tidak mudah bagi seorang wanita jika tidak bisa mempunyai anak karena aib itu tidak bisa di hapuskan seumur hidupnya. Walaupun menurut kualifikasi imam Zakaria lulus, tetapi dia harus mengalami dua problem. Yang pertama ialah pergumulan pribadinya dan yang kedua adalah profesinya atau jabatannya. Zakharia tidak pernah tahu mengapa Tuhan memberi seorang istri yang seperti itu. Ini bukanlah hal yang mudah karena dia memiliki pergumulan pribadi dan profesinya. Mungkin hari ini apa yang kita alami tidak setragis imam Zakharia karena hari ini kita lebih beruntung dari dia, sebab hari ini kita masih bisa menikmati banyak hal karena kebaikan Tuhan. Tetapi apakah ini akan membuat kita beriman?
Kedua; Pergumulan hidup dapat menimbulkan konflik berkepanjangan, menguji kekuatan iman. Apabila seorang imam sampai pada tugas dan kewajibannya untuk menjalankan fungsi keimamannya dan masuk ke ruang maha suci, maka dia harus layak di hadapan Tuhan dan kalau dia tidak layak, maka dia akan mati. Itu sebabnya ketika imam Zakhari masuk ke ruangan maha suci, dia melihat malaikat berdiri di samping ukupan sehingga membuat dia menjadi takut karena pada hari itu dia di perhadapkan dengan pergumulannya dan pertanyaan dalam dirinya, apakah dia akan di dapati sebagai orang yang beriman. Dalam ayat yang ke tiga belas kita mendapatkan data baru tentang apa yang di lakukan imam Zakhria. Dalam pergumulan hidupnya sebagai seorang yang beriman, percaya dan yang melayani Tuhan, dia tidak pernah putus harapan. Entah berapa lama dia bergumul kepada Tuhan. dia seperti seorang yang berjalan dalam kegelapan dan tidak ada cahaya sedikitpun. Dia terus berdoa dan berharap bahwa Tuhan akan membukakan jalan baginya sehingga istrinya bisa hamil. Tuhan bertindak lebih jauh dari apa yang dia doakan. Keberaniannya untuk tetap beriman membuat Tuhan juga berani melakukan sesuatu yang tidak pernah terbayangkan sebelumnya oleh Zakharia. Dalam ayat yang ke lima belas menjelaskan sesuatu yang belum pernah terjadi sebelumnya di sepanjang sejarah perjanjian lama. Bahwa akan ada seorang yang besar di hadapan Tuhan dan dia bukanlah orang biasa sebab dia adalah seorang nazir Allah. Dan yang lebih luar biasa lagi adalah bagaimana seseorang di penuhi dengan Roh kudus sejak dari kandungan, bahkan di katakan bahwa dia akan berjalan dengan kuasa Elia dan dia jugalah yang akan menyiapkan suatu umat yang layak bagi Tuhan. Hal ini tidak pernah terjadi di masa perjanjian lama juga di masa perjanjian baru. Ini bukanlah sesuatu yang biasa, tetapi ini adalah harga yang Tuhan bayar untuk mereka yang berani beriman di tengah pergumulan hidup. Kalau kita mau memiliki kehidupan yang luar biasa, maka kita jangan beriman yang biasa-biasa saja. Sering kali kita berdoa memohon sesuatu, tetapi ketika Tuhan memberi lebih dari apa yang kita minta membuat kita malah menjadi kebingungan dan bertanya-tanya kenapa bisa jadi seperti ini?
Ketiga: Bertahan dan menang atas pergumulan hidup adalah Beriman yang sesungguhnya. Menghadapi pergumulan hidup tidaklah cukup jika kita hanya bertahan dalam iman saja. Tetapi haruslah kita bergerak dan menang atas pergumulan tersebut, itu baru namanya beriman yang sesungguhnya. Tuhan sangat menghargai iman dalam pergumulan Zakharia, oleh sebab itu Tuhan berkata lewat perantaraan Gabriel dalam ayat 19-20 Jawab malaikat itu kepadanya: “Akulah Gabriel yang melayani Allah dan aku telah diutus untuk berbicara dengan engkau dan untuk menyampaikan kabar baik ini kepadamu. Sesungguhnya engkau akan menjadi bisu dan tidak dapat berkata-kata sampai kepada hari, di mana semuanya ini terjadi, karena engkau tidak percaya akan perkataanku yang akan nyata kebenarannya pada waktunya.” Zakharia memang beriman tetapi tidak sebanyak yang di sebut oleh malaikat itu. begitu juga dengan kita, kita beriman tetapi mungkin tidak sebanyak yang Tuhan lihat. Timbul pertanyaan besar bagi orang Israel, Apa sebenarnya yang sedang Tuhan kerjakan? Karena jika ada imam yang tidak layak harusnya mati, tetapi mengapa imam Zakharia masih keluar? Lewat pengalaman Zakharia Tuhan sedang mengajar orang Israel supaya mengerti bahwa ada yang Tuhan kerjakan bagi mereka. pertanyaan bagi kita, beranikah kita beriman di tengah pergumulan hidup?