Minggu, 21 Februari 2016
Pdt. Michael P Kairupan
Matius 15:7-9
Daud pernah berkata bahwa dia senang sekali ketika orang berkata mari kita ke rumah Tuhan (Mazmur 122: 1). Di rumahnya sendiri, Daud menghadapi tekanan tatkala anaknya yang begitu dia banggakan ternyata memiliki niat mau membunuh Daud. Kemudian Daud juga diperhadapkan dengan orang-orang yang tadinya dia harapkan dapat memberikan perhatian padanya, justru meninggalkan dia. Senior yang berada di atas Daud pun memilki maksud yang sama ingin membunuhnya. Dengan kata lain, lingkungan tempat Daud berada tidak seperti yang diharapkan.
Perlu anda ketahui bahwa sukacita, ketenangan dan kedamaian, itu merupakan bahagian dari seni kehidupan. Alkitab berkata bahwa di dalam Tuhan, sistim kerajaan Allah mengatur adanya hal ini yaitu damai sejahtera, sukacita dan kebenaran di dalam Roh kudus (Roma 14: 17). Dan Yesus dalam doanya menginginkan agar hal-hal tersebut ada di bumi ini, yaitu kegembiraan, kesenangan dan kesejahteraan yang tidak ditentukan oleh faktor baik buruknya ekonomi. Di dalam Tuhan, kita bukan sedang berperang atau memprovokasi satu orang dan pindah kepada yang lain. Ketenangan dan kebahagiaan bisa kita peroleh dari Tuhan. Boleh jadi melalui orang-orang di sekitar kita sebagai alat Tuhan, namun yang terutama adalah dari Tuhan. Kita seringkali lupa bahwa kita harus hidup menuruti keinginan dan kemauan Tuhan.
Manusia adalah satu-satunya makhluk yang mempunyai kemampuan lebih, yaitu dapat bersikap antagonis, satu keahlian yang memanipulasi diri, berbeda dari dirinya yang sesungguhnya dan Yesus menggunakan bahasa MUNAFIK. Resiko dari tindakan Hawa mengambil buah yang dilarang oleh Tuhan, sebenarnya Hawa sudah tahu. Jadi dia sudah memiliki satu kemampuan untuk bermain di dua tempat yakni jahat dan baik. Dan Yesus berkata, model orang-orang seperti inilah yang dikatakan Alkitab sebagai orang-orang munafik. Yang mengherankan adalah, kemunafikan yang Yesus tujukan kepada orang-orang di depan Dia waktu itu berawal dari Matius 15:2. Jadi, orang-orang yang ada di sekitar Yesus yaitu ahli-ahli Taurat, orang-orang Farisi dan orang Yahudi, mereka menyoroti kesalahan murid-murid yang setia kepada Yesus. Hal ini dijadikan isu atau bahan pembicaraan yang sifatnya provokasi, untuk memancing orang-orang yang punya kecenderungan hidup negatif. (Matius 15:3) Arti dari ayat ini adalah, jika kita melihat kesalahan orang maka kita juga harus tahu bahwa ada hal-hal yang nanti orang nilai terhadap diri kita sebagai kesalahan. Dan bilamana dua pihak ini berseteru adanya persoalan tadi, disinilah timbul ketegangan dan masalah.
Kadang-kadang kita lupa bahwa bilamana kita menang atas yang lain, sebenarnya anda sedang menempatkan iblis pada posisi yang lebih tinggi. Keinginan iblis adalah supaya kita berseteru satu dengan yang lain sebab hal ini membuat dia senang. Kita lupa bahwa memprovokasi orang menciptakan satu ketegangan karena ada alasan tadi yaitu mempersalahkan. Itu sebabnya Yesus katakan mereka munafik. Di dalam Tuhan, seseorang yang hidup dalam permainan ini, harus bersyukur mengingat mereka tidak dikutuk oleh Tuhan. (Matius 6:5) Rupa-rupanya ada orang di hadapan Tuhan yang sedang membangun hubungan dengan Tuhan melalui doa dengan cara yang salah. Yesus menyebutnya sebagai kemunafikan. Mengapa? Sebab dia memperlihatkan dirinya, bukan sebagai dia yang sebenarnya.
(Matius 15:8) Tuhan berkata “Bangsa ini memuliakan aku dengan bibirnya tapi hatinya jauh.” Bila kita berdoa, jangan hanya pandai menyusun kata-kata supaya terdengar bagus di telinga. Sikap ini sebenarnya tidak salah, tapi perlu anda ketahui bahwa mengatur kata-kata sebagai isi doa, itu adalah hal berikutnya. Sebab, kalau hati anda tidak diatur atau tidak disiapkan dengan baik maka Yesus berkata, itu adalah orang munafik dan hasil dari doa tersebut tidak ada sama sekali. Dalam pelayanan dan dalam kehidupan sehari-hari, kehadiran anda di dalam tempat yang berhubungan dengan bidang anda, ada orang-orang yang dekat dengan anda dan anda seringkali merasa kecewa setelah melihat orang-orang ini dengan alasan tertentu tiba-tiba menjelekkan anda. Bukan Cuma di luar saja, di dalam gereja pun bisa terjadi hal-hal demikian. Artinya, ada orang-orang yang tidak sejalan dengan anda dan mereka mempunyai hak untuk menentukan pilihan apa atas dirinya di lingkungan di mana dia berada. Anda tidak berhak memaksa orang-orang ini menerima kehadiran anda dengan senang. Tapi bukan berarti semua orang akan seperti itu mengingat ada juga orang-orang yang selalu memberi dukungan kepada anda. Seperti inilah dunia yang sedang kita hadapi sekarang ini.
Bila hati kita tidak beres, maka ini akan menjadi pertimbangan utama bagi Tuhan untuk memperhatikan kita atau tidak. Mempersalahkan orang lain sebagaimana yang dilakukan orang-orang Farisi, ini adalah masalah hati. Ada orang yang memilih hidup dengan caranya sendiri dan ada orang yang mengambil keputusan berusaha belajar mengikuti Tuhan. Menghargai Firman dan melakukan Firman adalah soal tersendiri dan kebahagiaan itu terletak pada saat orang yang mengerti Firman, belajar untuk melakukannya.
Yesus sebenarnya tidak mau mempersalahkan orang Farisi sebab jika kita melihat kronologisnya, semua berawal dari orang Farisi sendiri yang menyoroti kesalahan. Contohnya adalah wanita yang tertangkap basah sedang berbuat zinah. Hanya kesalahan wanita ini saja yang mereka lihat. Tiba-tiba Yesus menempatkan keadilan di tengah-tengah peristiwa itu. Yesus berkata “Kalau kamu merasa tidak berdosa, ambil batu dan lempari wanita ini sampai mati.” Tapi saat itu tidak ada satu orang pun yang berani melakukannya, sebab mereka juga tahu bahwa mereka punya kekurangan. (Matius 6:10) Dalam doa Yesus berkata “Datanglah kerajaanMu” Apa itu kerajaanMU? (Roma 14:17) Kerajaan Allah adalah soal kebenaran, damai sejahtera dan sukacita.
Saat perjamuan makan Yesus berkata bahwa ada yang akan menyerahkan Dia. Yohanes pun bertanya “apakah aku Tuhan?” Yudas akhirnya tidak tahan dan dia juga berkata “Apakah aku?” Yesus kemudian menjawab “Seperti katamu.” Selama tiga setengah tahun Tuhan memberikan kepercayaan pada Yudas dalam pelayanan dan ternyata tidak dihargai oleh Yudas. Sampai Yudas mati, dia tidak menyadari perilakunya yang tidak baik. Yesus sedih dan anda pun mungkin merasa hal yang sama atas orang yang berperilaku demikian. Tapi ingat, anda tidak punya hak untuk merubah mereka sebab itu adalah pilihan. Berbahagialah anda dengan Tuhan setelah anda memilih yang terbaik walaupun belum sempurna. Sekian banyak waktu yang anda berikan untuk pelayanan, jika di ujung sana anda menemukan orang-orang memfitnah bahkan meninggalkan anda, itulah seni kehidupan. Hidup hanya satu kali dan kebersamaan anda dengan orang-orang yang anda cintai tidak selalu seperti yang anda lihat. Jika demikian, katakanlah pada Tuhan bahwa kita mau mengisi waktu-waktu hidup kita dengan membuat orang yang menangis tersenyum karena saat ada di dekat kita. Biarlah kasih Tuhan bersemi terus dan menghasilkan sukacita supaya hidup orang lain bisa jadi lebih berarti. Amin…