Roma 12 : 4 – 8
Pelayanan akan sangat berarti bagi kedua belah pihak jika didalamnya mereka saling memperhatikan dan diperhatikan, serta berada pada tempat yang pas dan tepat. Karena memang demikianlah rancangan Tuhan bagi kita, yaitu memakai kita bagi kepentingan bersama.
Kita dapat belajar dari konflik yang terjadi di Ternate yang berakhir nihil. Perang memiliki tujuan untuk mengalahkan musuh dan menjadikannya pemenang, atau sebaliknya musuh kita menjadi pemenang dan kita yang menjadi lawannya kalah. Tetapi di sana tidak ada yang menang, sehingga benarlah sebuah istilah yang menang jadi abu dan yang kalah jadi arang. Tidak ada keuntungan apa-apa. Pelajaran berharga bagi kita adalah bahwa konflik antara satu dengan yang lain akan berakhir dengan kesedihan, tidak ada keuntungan sama sekali. Tidak ada manfaat dari pertikaian yang diciptakan sendiri dengan alasan apapun itu.
Kekurangan orang-orang kadang menjadi pemicu lahirnya konflik. Tetapi pernahkah kita berpikir bahwa kitapun memiliki kekurangan-kekurangan. Kita akan mudah menerima orang disamping kita, asalkan kita mau melihat kekurangan mereka itu juga ada pada kita. Hal ini dimaksudkan supaya masing-masing dapat memakai potensinya dalam saling membantu demi kehidupan bersama.
Tuhan menyediakan segala sesuatu yang kita perlukan sebelum kita ada didunia ini, tidak berarti untuk menghabiskannya. Tuhan ingin kita yang ada di tengah-tengah segala sesuatu yang Dia ciptakan, termasuk orang-orang yang ada didekat kita agar kita bisa melayani dan memberi sesuatu yang mereka perlukan. Ada saat-saat dimana kita tidak memerlukan mereka, sebaliknya ada saat juga dimana kita sangat membutuhkan bantuan orang-orang yang ada disamping kita.
Ada seorang bapak tua yang terburu-buru naik ke bus. Karena usia yang sudah lanjut, ketika dia naik ke bus yang sedang berjalan itu, sepatunya yang satu terlepas. Bapak tua ini berusaha untuk mengambil sepatu yang lepas tersebut, tetapi karena bus ini terus berjalan akhirnya dia urung untuk mengambilnya. Ketika bapak ini memperhatikan bahwa dia tidak mungkin lagi mengambil sepatu itu, akhirnya dia mengambil sepatu yang tinggai satu yang masih dipakainya itu, lalu melemparnya keluar. Ada seorang pemuda yang memperhatikan tindakan bapak ini, dia kemudian berkata kepada bapak tua ini : ”pak tua saya memperhatikan sikap bapak dari tadi, mengapa bapak membuang sepatu tersebut keluar”. Bapak tua ini menjawab : ”saya berharap ada orang yang akan menemukan sepatu saya yang sepasang itu dan berguna buat dia”. Kita bisa puas dengan mempertahankan apa yang menjadi milik kita, tetapi jika hal itu tidak berarti buat kita maka apa artinya kepuasan dan kenikmatan itu”.
Kita sudah terbiasa dengan tabiat mendapat dan mempertahankan, bahkan menumpuk apa yang kita rasa menjadi milik kita. Kita menyimpannya baik-baik dengan beranggapan bahwa letak kepuasan dan kenikmatan yang kita kejar ada pada semua yang didapat sampai akhirnya kita mengerti bahwa ternyata bukan disitu. Hidup bukan diciptakan untuk mengembangkan karakter serakah, untuk memiliki sifat mendapatkan dan menghabiskan sebanyak-banyaknya. Seperti buku-buku (Best seller) yang berkata carilah sebanyak-banyaknya, perolehlah sebanyak-banyaknya dan himpun sebanyak-banyaknya. Konsep seperti ini pada akhirnya akan menyusahkan kita.
Tuhan tidak merancang kita untuk mengambil semua yang Dia siapkan bagi kebutuhan kita dan memanfaatkan orang-orang di sekitar kita. Dia menyiapkan kita bagi tujuan membantu mereka yang ada disekitar kita yang benar-benar sangat memerlukan kita. Berapa sering kita meminta agar Tuhan memberikan kita kesehatan, lalu berapa sering kita berpikir dengan kesehatan yang Tuhan beri itu apa yang sudah kita lakukan dan kerjakan.
Impresi tanpa diungkapkan akan mengakibatkan depresi. Belajar banyak dan tidak melayani beresiko mati. Jika kita memperhatikan orang-orang yang terganggu kesehatannya, seperti kolesterol dan darah tinggi maka anjuran dokter selalu adalah bergerak atau berolahraga. Artinya bahwa kita harus bertindak atau berbuat sesuatu. Konsep berpikir kita yang lama adalah ingin dilayani, padahal kita perlu melayani dan berbuat sesuatu. Perangai atau watak dari pelayan adalah memberi.
Roma 12 : 4 – 8, “Sebab sama seperti pada satu tubuh kita mempunyai banyak anggota, tetapi tidak semua anggota itu mempunyai tugas yang sama, demikian juga kita, walaupun banyak, adalah satu tubuh di dalam Kristus; tetapi kita masing-masing adalah anggota yang seorang terhadap yang lain. Demikianlah kita mempunyai karunia yang berlain-lainan menurut kasih karunia yang dianugerahkan kepada kita: Jika karunia itu adalah untuk bernubuat baiklah kita melakukannya sesuai dengan iman kita. Jika karunia untuk melayani, baiklah kita melayani; jika karunia untuk mengajar, baiklah kita mengajar; jika karunia untuk menasihati, baiklah kita menasihati. Siapa yang membagi-bagikan sesuatu, hendaklah ia melakukannya dengan hati yang ikhlas; siapa yang memberi pimpinan, hendaklah ia melakukannya dengan rajin; siapa yang menunjukkan kemurahan, hendaklah ia melakukannya dengan sukacita”.
Allah sangat membutuhkan seseorang agar terlibat dalam pelayanan, tetapi tidak dengan cara dan konsep pelayanan dari orang tersebut. Paulus mengajar bahwa untuk melayani harus dengan hati dengan ikhlas. Itu sebabnya Alkitab berkata dalam Matius 6 : 3, ”Tetapi jika engkau memberi sedekah, janganlah diketahui tangan kirimu apa yang diperbuat tangan kananmu”. Jika kita mau membantu atau melayani, jangan menuntut dipenuhinya syarat-syarat tertentu setelah kita melakukannya. Melayani Tuhan harus dengan hati.
Orang disekitar kita memerlukan kita sebagaimana kita pernah merasa bahwa kita sangat memerlukan mereka. Tidak ada perbedaan antara orang yang di sekitar kita dengan kita sendiri. Kalaupun kita menemukan mereka yang berada diluar belum mengenal Yesus, mereka perlu sesuatu yang tidak mereka miliki seperti yang kita miliki, yaitu keselamatan. Buka mata kita supaya dapat melihat bahwa dibalik tawa mereka sebenarnya ada kesedihan dan tangisan.
Di dalam bisnis, karir dan studi tidak memiliki makna kekekalan, uang yang kita kumpulkanpun satu saat akan habis, berhenti pada akhir perjalanan. Kita tidak akan membawanya sampai kekekalan, yang ada di dalam kekekalan adalah kita bersama dengan Tuhan dalam sorga. Inilah hal yang penting sebagai tempat mendapatkan kepuasan sejati. Biarlah Tuhan menyadarkan kita, agar kita berani bertindak dengan mengulurkan tangan kepada mereka yang membutuhkan pertolongan dan perhatian kita.
Banyak orang saat ini sedang memerlukan kita, gereja pun juga demikian. Menjadi penonton itu tidak baik. Kaya koreksi serta kritikan tanpa melakukan apa-apa akan mendatangkan masalah, menutup solusi yang dibutuhkan. Alkitab berkata bahwa kita berada dalam gelanggang pertandingan. Yang mendapat hadiah bukan penonton, tetapi mereka yang bermain. Keluarlah dari zona aman kita, serta mulai bergerak untuk tujuan suci dan mulia dari Tuhan yaitu menolong orang lain disekitar kita. Tuhan memberikan semua apa yang kita perlu, agar 0supaya kita dapat melayani.