Minggu, 29 November 2015
Pdt. Lydia Kairupan
Yeremia 4: 22
Di dalam Alkitab kita bisa menemukan ada banyak sekali kata bodoh. Namun bodoh disini bukanlah bodoh secara intelektual karena banyak diantara kita memiliki pendidikan yang tinggi. Bodoh yang dimaksud dalam Alkitab lebih tertuju kepada sikap hidup orang percaya yang tidak sesuai dengan Firman Tuhan. Kita adalah orang percaya, kita terima dan dengar Firman Allah tapi kita tidak melakukannya dalam kehidupan keseharian kita. Seringkali hal itu tidak nampak dalam hidup kita yang notabene setiap minggu tidak pernah absen dalam gereja. Itu sebabnya Allah menilai kita “BODOH.”
Kita disebut bodoh karena kita tidak memahami kebenaran Firman Allah, karena kita tidak mengenal Allah yang kita sembah dalam Yesus. Hal ini juga yang seringkali membuat kita berani melanggar Firman padahal kita tahu bahwa itu salah. Firman Allah adalah kebenaran satu-satunya. Mengapa? Karena Firman ini adalah Allah sendiri. Itu sebabnya tidak perlu kita ragukan lagi dan jangan ditolak. Keselamatan kita tidak bergantung pada seberapa banyak kita mendengar Firman Allah tetapi bagaimana kita melakukannya.
(Yeremia 4: 22) Umat Tuhan dikatakan bodoh sebab tidak mengenal Allah mereka. Tapi dalam hal berbuat jahat Firman Allah katakan mereka pintar. (2 Timotius 3: 1-4) Di akhir zaman akan terjadi kesukaran-kesukaran yang letaknya ada dalam diri manusia. Mereka tidak bisa berbuat baik karena tidak memiliki pengertian. (Markus 4: 35-41) Ketika Yesus sedang bersama murid-murid dalam perahu, tiba-tiba terjadilah gelombang yang besar. Namun sebesar apapun ombak yang sedang mereka hadapi, tidak mungkin Yesus membiarkan mereka tenggelam dan membiarkan diriNya ikut tenggelam bersama mereka. Dalam ayat 38 murid-murid ini menyebut Yesus sebagai guru akan tetapi ketika mereka melihat angin itu tunduk pada hardikanNya, mereka menjadi takut dan berkata “Siapa gerangan orang ini, sehingga angin dan danaupun taat kepadaNya?” Dari pertanyaan ini tentunya timbul kesimpulan bahwa mereka tidak mengenal siapa Yesus itu. Itu sebabnya kita perlu bukan hanya mengerti Firman tapi pahami betul siapa Dia yang kita percayai.
Ada satu hal yang menolong kita untuk bisa lebih mengenal dan memahami Tuhan yaitu Roh Kudus. Kita perlu Roh Kudus untuk bisa mengerti dan memahami Tuhan kita sehingga kita tidak mudah takut, kecewa dan tertunduk jiwa kita menghadapi segala keadaan. (Yesaya 1: 3) Lembu mengenal pemiliknya, keledai mengenal palungan yang disediakan tuannya, tetapi Israel tidak. Betapa sedih hati Tuhan ketika Dia melihat kita tidak memahaminya, ketika kita tidak bisa menerima sebuah kenyataan dalam hidup ini. Tidak ada satupun yang terjadi dalam hidup ini tanpa sepengetahuan Allah. Dia tahu apa yang Dia buat, sekalipun itu menyakitkan buat kita. Bukan karena Dia tidak mengasihi kita, namun itulah didikan Tuhan buat kita. Apabila kita memahami rencanaNya bahwa hidup ini tidak selalu lurus, ada waktunya turun ke lembah dan ada waktunya naik ke gunung maka kita akan tetap mengucap syukur.
Umat Tuhan yang ada dalam pimpinan Musa ketika berada di padang belantara mereka mengalami dan melihat dengan mata mereka sendiri bagaimana Allah membelah laut Kolsum supaya bangsa Israel dapat menyeberang. Mereka berjalan bukan di tanah yang basah melainkan di tanah yang kering. Padang belantara adalah tempat Allah mendidik umatNya dan ada kalanya Allah membawa kita mengalami pengalaman padang belantara. Satu tempat yang tandus, tidak ada sesuatu yang bisa diharapkan. Tapi mengapa Allah bawa kita ke sana? Untuk mendidik kita. Dalam hal apa? Dalam hal mengenal Dia, bahwa Dia ada bersama kita.
Di padang belantara bangsa Israel melihat tiang awan pada waktu siang dan tiang api pada waktu malam. Kebesaran Allah dinyatakan dalam perbuatan-perbuatanNya tapi bangsa ini tidak mengenalNya. Tiap hari Israel mengalami pemeliharaan Tuhan sebab ada Manna yang bisa mereka makan tapi tetap saja bangsa ini tidak puas. Mereka minta daging dan Tuhan berikan seperti yang mereka minta namun bangsa ini rakus sehingga daging itu keluar dari hidung, mulut dan telinga. Dalam kehidupan berumah tangga, keluarga adalah sebuah sekolah agar kita di didik, belajar terus menerus untuk bisa mengenal satu dengan yang lain. (Hosea 4: 6) Bangsa Israel tahu tentang Tuhan mereka tapi mereka kurang pengetahuan, kurang pemahaman akan Allah. Kita akan binasa jika kita tidak mengenal Allah, itu sebabnya kita perlu mengenalNya. Dari mana kita bisa kenal Dia? Dari Firman. Apabila kita menolak didikan Allah berarti kita menolak Firman.
(Amsal 3: 11-12) Tuhan memberi ajaran kepada yang dikasihiNya seperti seorang ayah kepada anak-anak yang disayangi. Sebagai orang tua kita berusaha supaya bisa memberi teladan yang baik bagi mereka sekalipun secara rohani kita juga masih ada kebodohan. Karena itu jangan menolak didikan Tuhan walaupun keras. (Mazmur 92: 6; Keluaran 14-15) Musa merasakan betapa besarnya pekerjaan-pekerjaan Tuhan sehingga dia mengajak semua orang untuk memuji Tuhan. (Wahyu 15: 3) Ayat ini juga merupakan mazmur atau nyanyian dari Musa dan kita juga seringkali menyanyikan pujian ini, tapi apakah kita benar-benar memahami bahwa Tuhan itu ajaib dalam hidup kita?
Daud juga merupakan contoh seseorang yang memahami bahwa keberadaannya itu karena Allah (Mazmur 139: 13-16). Saat kita melihat diri kita, pernahkah kita berkata “Kejadianku ajaib.” Daud sangat bersyukur sebab kejadiannya dahsyat dan ajaib sekalipun di antara saudara-saudaranya dialah yang paling muda. Ayat 13 dalam kitab Mazmur ini menimbulkan pertanyaan “Apakah aborsi itu boleh?” Sebagai anak Tuhan apabila kita melakukan hal ini maka itu adalah kebodohan dan tindakan aborsi membuat hidup kita tidak tenang.
Tuhan sangat mengasihi kita karena itu Dia ingin kita keluar dari kebodohan. Musa dan Daud adalah dua pribadi yang sangat mengenal Tuhan Allahnya. (Mazmur 92: 7-8) Firman Tuhan berkata, orang fasik bertumbuh dan semakin banyak. Namun untuk apa? Untuk dipunahkan selama-lamanya. Dan orang bodoh tidak mengerti akan hal ini. (Mazmur 73: 1-19) Ini adalah mazmur Asaf. Siapakah Asaf? Dia adalah penyanyi, seseorang yang Daud pilih untuk memimpin pujian dalam bait Allah. Tapi satu waktu dia melakukan kebodohan karena dia cemburu kepada orang-orang fasik. Namun akhirnya Asaf bisa melihat bagaimana akhir kehidupan dari orang-orang fasik ini yaitu kehancuran dan kebinasaan. Hal ini juga bisa terjadi pada orang-orang yang bodoh. Oleh sebab itu keluarlah dari kebodohan. Milikilah kepandaian rohani sehingga dalam sikap hidup kita semakin kelihatan kehidupan yang berkenan di hadapan Tuhan. Amin…